Jumat, 15 Juli 2011

Antara Wanita dan Setan di dalam Islam

Beberapa hari yang telah berlalu, ada saudara yang bertanya padaku tentang hadits yang menyatakan bahwa wanita itu jika menghadap dalam bentuk setan, begitu pula jika berpaling "Aqbalat Wa Adbarat Fi Shurotis Syaithon".Ringkasnya, depan-belakang, kanan- kiri, wanita dalam bentuk setan.Ada juga teks hadits yang menyatakan bahwa wanita itu kurang akal dan kurang agama "Naqishotu Aqlin Wa Din".Sebenarnya apa sih maksud hadits itu? Kok terkesan seperti melecehkan? Bukankah katanya Islam menghargai wanita?Apa maksud dari semua teks ini? Kok seperti begitu merendahkan wanita? Seakan wanita tak ada harganya sama sekali?


Sebelum kita tahu jawaban dari kejanggalan-kejanggalan itu, perlu sedikit aku sampaikan penjelesan bagaimana tata cara kita menyikapi dan memaknai sebuah teks syariat "dari Al-Quran atau Al-Hadits".


Memang, jika kita melihat dengan sekejap, hadits-hadits tersebut beserta kedangkalan kita akan ilmu bahasa dan sastra arab serta ketidak mampuan kita melihat teks yang lain yang berhubungan, maka kita langsung dengan tega memvonis bahwa Islam itu diskriminatif terhadap wanita, atau setidaknya terlintas hal itu.Maka sudah semestinya kita harus memahami dan menjabarkan masalah sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh Baginda Rasulullah.
Tidak mungkin sekali, Nabi berbuat tidak adil pada umatnya,terutama kaum wanita.Oleh karena itu, tak bisa kita mengartikan nash Al-Qur'an dan Al-Hadits secara tekstual/literal begitu saja, hanya melihat satu arti daripada kalimat itu tanpa melihat dalil lain yang terkait.Sebab bisa terjadi kesalah fahaman yang berakibat kesalahan menerjemahkan apa yang dimaksudkan oleh syariat.Karena, sumber hukum (mashadir tasyri') yang kita punyai itu berbentuk global yang membutuhkan penjelasan dan perincian.Setidaknya yang di tempuh ada 10 langkah untuk memahami sebuah nash syariat, jadi tidak bisa sembarangan, dan seenak jidat sendiri mengartikannya.


Insan Kinasih Rosulullah berstatemen bahwa wanita itu kurang akal, maksudnya adalah dia tak mampu dengan begitu baik mengontrol emosinya, sebab Janib Athifiy "perasaan" yang lebih dominan, sehingga menyebabkan keseimbangan berfikirnya agak berkurang kala sisi perasaan dia bermain.Insan Kinasih Rosulullah tak pernah menyatakan bahwa wanita itu bodoh. Hal itu juga sebab standar kecerdasan manusia itu pada dasarnya tak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, masing-masing memiliki potensi yang sama, bahkan sangat banyak wanita yang lebih cerdas dari pada pria.Kata "Kekurangan akal" tadi adalah kembali pada kontrol emosi, tentu saja hal ini melihat makna Al-'aqlu, itu sendiri,yang tak hanya berarti kecerdasan, tapi ada pula yang bermakna kemampuan mengendalikan pikiran. Hal itu langsung ditafsirkan sendiri oleh Nabi kita bahwa kesaksian wanita harus berbanding 2 : 1 dengan laki-laki.Seumpama, kalau kira-kira satunya nangis, satunya tidak, eheheheh :D.


Kalau masalah kurang agama, hal yang sudah maklum, karena wanita saat haid, tidak diperbolehkan sholat dan puasa. Ini pun juga hanya bentuk luar "syakli" saja, karena justru sebenarnya wanita saat meninggalkan sholat di karenakan haid, ia berada dalam pelaksaan ibadah, yaitu tunduk pada perintah Allah. Karena jika dia sholat malah justru mendapat dosa.Sudah pasti juga kontradiktif sekali andai maksud Rasul itu bahwa wanita adalah bodoh, sementara beliau sendiri sering mengambil keputusan- keputusan penting setelah bermusyawarah dengan beberapa istri beliau. Atau dengan sangat jelas beliau menitipkan hampir separuh ilmunya pada Ibunda kita, Aisyah. Lagian, bukan akhlak Rasul membeda-bedakan apalagi membodohkan orang.


Tentang hadits yang menyatakan wanita kalau menghadap atau berpaling dalam bentuk setan adalah maksudnya dimanfaatkan sebagai media untuk menjerat."Bukan wanitanya yang setan". Tapi setan yang memanfaatkan wanita. Karena wanita hanya alat saja, sama halnya dengan pembunuh berpistol, kita pasti menyalahkan orangnya bukan pistolnya.Hadits-hadits tsb, dan sejenisnya, kerap dimanfaatkan oleh musuh Islam, atau oleh orang islam sendiri yang terpedaya oleh pemikiran orientalis untuk menjudge bahwa islam adalah agama yang merampas kebebasan wanita, agama yang tak menghargai wanita.Tentu saja orang yang tak memiliki kefahaman yang baik soal hadits-hadits tersebut akan dengan sangat mudah termakan oleh propaganda mereka.


Jika kita mau teliti, sebenarnya isu-isu yang diangkat untuk menghantam Islam, itu selalu berputar pada dua hal. Yaitu, pribadi Nabi dan segala hal yang berkenaan dengan wanita, ambil saja contoh soal cadar, poligami, pembagian harta warisan, dsb. Juga hadits-hadits seputar rumah tangga.Ditambah lagi runyamnya kebodohan sebagian kaum pria yang memanfaatkan hadits-hadits tersebut untuk mengintimidasi wanita, juga menyalahgunakan hadits-hadits rumah tangga tersebut untuk kepentingan nafsunya dengan alasan bahwa wanita harus seutuhnya tunduk tanpa kecuali dan tanpa ada kata bantah, dengan tanpa melihat bagaimana keadaan wanita itu.Hal seperti itu adalah hal yang sama sekali tak dimaksudkan oleh syariat, tapi dimodifikasi seolah-olah itu dari syariat.Adapun yang terpengaruh gerakan feminisme, langsung dengan gaya kritis "tapi tak faham" menghantam teks syariat, yang pada saat yang sama, kritikan mereka malah memantul menghantam telak mereka sendiri.
Repot memang sikap berlebihan "ghuluw" itu, yang satu teledor "ifroth", yang satu lagi ekstrim "tafrith".


Kesimpulan akhir, sebenarnya ini hanya satu kasus saja soal kesalah fahaman memahami nash syariat, sehingga tak sesuai dengan apa yang dimaksudkan syariat. Akibatnya banyak kekacauan di sana sini. Masih sangat banyak sampel kekeliruan yang lain yang perlu diluruskan.Yang pasti kita masih butuh untuk terus banyak lagi belajar.

Semoga bermanfaat....
Wallahu a'lam

1 komentar: